Hendri Kampai: Saat Kenaikan Pajak Menjadi Beban, dan Bukan Solusi

    Hendri Kampai: Saat Kenaikan Pajak Menjadi Beban, dan Bukan Solusi

    PAJAK - Mari kita berbicara sebagai rakyat biasa, yang setiap hari berjuang memenuhi kebutuhan hidup. Apa yang sebenarnya terjadi saat pajak dinaikkan menjadi 12%? Bagi kebanyakan dari kita, yang pertama kali terasa adalah harga kebutuhan pokok yang semakin mahal. Harga barang yang tadinya terjangkau kini mendadak melambung tinggi, karena setiap produk yang kita beli dikenakan tambahan pajak yang lebih besar. Ini bukan hanya mempengaruhi isi dompet kita, tetapi juga pilihan hidup kita.

    Pikirkan seorang pengusaha kecil yang memproduksi makanan ringan lokal. Sebelum kenaikan pajak, ia mampu menjual produknya dengan harga terjangkau dan tetap mendapatkan keuntungan yang layak. Namun, saat pajak naik menjadi 12%, biaya produksinya melonjak. Bahan baku, transportasi, hingga energi—semuanya dikenakan pajak lebih tinggi. Akibatnya, ia harus menaikkan harga produknya. Tapi di sisi lain, daya beli konsumennya justru menurun karena mereka juga terbebani oleh kenaikan harga di semua lini.

    Apa yang terjadi kemudian? Produksi menurun. Pengusaha tersebut tidak lagi mampu mempekerjakan banyak karyawan seperti sebelumnya. Beberapa orang kehilangan pekerjaan mereka. Dari sini, efek domino mulai terasa: pengangguran meningkat, daya beli semakin jatuh, dan ekonomi melemah.

    Coba bayangkan jika pajak justru diturunkan menjadi 6%. Biaya produksi menjadi lebih ringan, sehingga harga barang bisa lebih terjangkau. Dengan harga yang lebih terjangkau, daya beli masyarakat meningkat. Mereka mampu membeli lebih banyak barang, yang pada akhirnya memacu produksi. Ketika produksi naik, lapangan pekerjaan pun bertambah, pengangguran berkurang, dan ekonomi bergerak lebih dinamis.

    Di sini, PPN yang dikumpulkan pemerintah pun sebenarnya bisa lebih besar. Mengapa? Karena semakin banyak barang yang dibeli, semakin besar pula potensi PPN yang bisa ditarik. Sebaliknya, kenaikan pajak hanya mempersempit roda ekonomi. Daya beli turun, konsumsi berkurang, dan penerimaan pajak justru menurun.

    Tak berhenti di situ, kenaikan pajak juga memicu inflasi. Harga barang dan jasa melambung, membuat masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Dalam situasi ini, kestabilan nasional juga terancam. Ketika banyak orang kehilangan pekerjaan dan daya beli merosot, ketidakpuasan sosial meningkat. Ketahanan nasional tidak hanya soal pertahanan militer, tetapi juga bagaimana ekonomi rakyat dikelola agar stabil dan sejahtera.

    Jadi, apakah kenaikan pajak adalah solusi? Atau justru sebuah keputusan yang menambah beban rakyat dan melemahkan ekonomi? Kita perlu memahami bahwa pajak bukan sekadar angka di atas kertas, tetapi menyangkut kehidupan sehari-hari jutaan orang. Dan ketika kebijakan pajak tidak berpihak pada rakyat, dampaknya bisa menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Jakarta, 27 Desember 2024
    Hendri Kampai
    Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

    hendri kampai pajak
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Hendri Kampai: Jangan Mengaku Jurnalis Jika...

    Artikel Berikutnya

    Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pengadilan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Sidang MK, KPU-Bawaslu Tak Kuasa Bantah Dalil Jutaan Tanda Tangan Palsu di Pilgub Sulsel
    Jejak Sejarah Abdul Kahar Muzakkar di Desa Lanne, Pangkep: Gua Tagari Jadi Saksi Perjuangan DI/TII
    Sebut Sok Preman, Insiden Emak-emak Penjual Ikan vs Kepala Pasar Bontoramba Berdamai dan Saling Memaafkan
    Kapolsek Liukang Tangaya Himbau Warga Pulau Sumanga Jaga Kamtibmas Melalui Cooling System
    Kapolda Sulsel Bersama Pj Gubernur Pantau Pemberian Makan Siang Gratis Bergizi di SMAN 9 Jeneponto

    Ikuti Kami